www.metrosuara.id – Belakangan ini, dunia media sosial kembali dihebohkan oleh pernyataan seorang dokter yang juga aktif berdiskusi di platform online. Hendra Cipta, seorang dokter dan pegiat media sosial, melontarkan kritik tajam terhadap sebuah podcast yang diasuh oleh seorang influencer ternama, Denny Sumargo. Menurutnya, tayangan yang menampilkan Sintya Cilla tak layak untuk mendapatkan ruang publik, terutama karena konten yang dihadirkan dianggap tidak bermanfaat.
Dalam penilaian Hendra, konten seperti ini berisiko menjadi ajang normalisasi perilaku yang tidak sehat di masyarakat. Ia lebih memilih agar podcast semacam itu sebaiknya dihilangkan dari peredaran, karena dikhawatirkan justru memberikan pengaruh negatif, terutama bagi kalangan muda.
Hendra menegaskan bahwa menjadikan individu dengan gaya hidup bebas seksual sebagai narasumber di sebuah podcast adalah langkah yang keliru. “Sebaiknya, hal-hal seperti ini tidak diberi panggung,” ujarnya menekankan pentingnya membuat batasan dalam tayangan yang mengedukasi masyarakat.
Pentingnya Pembatasan Konten di Media Sosial untuk Masyarakat
Pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik tidak bisa dianggap sepele. Banyak pengikut yang terpengaruh oleh konten yang mereka konsumsi, termasuk podcast. Menurut Hendra, tema yang diangkat dalam podcast tersebut sebaiknya ditangani secara lebih serius oleh pihak berwenang, bukan sekadar dijadikan bahan bincang-bincang informal.
Sebagai seorang dokter, Hendra merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan masukan konstruktif mengenai konten yang beredar. Ia berpendapat bahwa memberikan panggung kepada individu dengan latar belakang serupa dapat memicu penurunan moral di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih dalam memilih konten yang layak disuguhkan di ruang publik.
Di sisi lain, publik juga harus lebih kritis dalam memilih konten yang mereka konsumsi. Hendra mengajak masyarakat untuk tidak langsung mempercayai semua informasi yang diberikan melalui platform media sosial, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup yang berisiko. Edukasi mengenai pemilihan konten juga perlu ditekankan.
Dampak Negatif dari Normalisasi Berita Sensasional
Normalisasi perilaku tertentu, terutama yang menyangkut seksualitas, menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Hendra menyatakan bahwa dengan banyaknya influencer yang berbicara tentang pengalaman pribadi mereka, dapat menciptakan efek domino yang berbahaya. Generasi muda mungkin akan menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa dan dapat diterima.
Lebih jauh, dampak dari pejabat media yang tidak bertanggung jawab bisa menciptakan stigma yang salah di masyarakat. Hal ini sangat disayangkan, mengingat media seharusnya berperan sebagai penyampai informasi yang bermanfaat dan mendidik. Konten yang tidak terkontrol bisa merugikan publik selaku konsumen informasi.
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk mewaspadai konten yang dibagikan dan dihadirkan oleh media, terutama media sosial. Kesadaran harus ditingkatkan agar tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan. Hendra menekankan pentingnya kolaborasi antara para profesional medis dan penggiat konten untuk menciptakan lingkungan media yang lebih sehat.
Pendidikan Seks yang Tepat dan Relevan dalam Konteks Indonesia
Pendidikan seks yang komprehensif dan sesuai konteks budaya seharusnya menjadi prioritas. Selain menyikapi konten yang negatif, masyarakat harus mendapatkan informasi yang benar dan mendidik mengenai kesehatan seksual. Hendra percaya bahwa pendekatan edukatif dapat membantu mencegah penyebaran informasi keliru.
Menyediakan pendidikan seks yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan nasional dapat menjadi langkah yang tepat. Ini akan memastikan bahwa generasi muda mendapatkan pengetahuan yang akurat serta mampu berperilaku sehat. Hendra berharap agar kebijakan mengenai pendidikan ini bisa dipercepat demi kebaikan generasi mendatang.
Dengan tersedia pendidikan yang baik, diharapkan masyarakat dapat menilai dan memahami konten yang mereka konsumsi. Kesehatan seksual bukanlah tema yang seharusnya dianggap tabu, justru perlu dibahas dengan terbuka dan edukatif agar masyarakat lebih memahami aspek penting ini.