www.metrosuara.id – Pakar komunikasi dari Universitas Airlangga, Prof Henri Subiakto, baru-baru ini memberi pernyataan yang mengejutkan. Ia menanggapi isu seputar mantan Rektor UGM, Prof Sofian Effendi, yang menarik ucapannya mengenai ijazah Presiden ke-7, Joko Widodo. Dalam konteks ini, Henri menekankan bahwa komunikasi sekali disampaikan tidak dapat ditarik kembali.
Hal ini semakin mengemuka di tengah perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Henri menambahkan bahwa di era digital saat ini, komunikasi yang terjadi sering kali melibatkan banyak pihak dan sulit untuk dikendalikan.
Pernyataan yang pernah ada dapat terus tersebar dan memberikan dampak yang tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, menarik kembali sebuah klaim tidak akan mengubah fakta yang telah ada dalam publik.
Komunikasi sebagai Proses yang Tidak Bisa Ditarik Kembali
Dalam pandangannya, komunikasi bersifat irreversible, yang berarti tidak dapat dihapus begitu saja. Ketika sebuah pernyataan telah dibuat, maka jejak digitalnya akan tetap ada, meskipun pengucap pernyataan tersebut berusaha menariknya.
Henri menekankan bahwa penarikan pernyataan justru dapat menambah kebingungan publik. Semua orang memiliki akses terhadap informasi dan dapat dengan cepat mengetahui apa yang telah diucapkan sebelumnya.
Apalagi dalam konteks media sosial yang menjadi arena komunikasi paling dominan saat ini. Informasi dapat menyebar dengan sangat cepat, sehingga memperlihatkan bagaimana sepentingnya menjaga ucapan sebelum disampaikan.
Strategi Menghadapi Dampak Negatif dari Komunikasi
Salah satu cara yang bisa diambil untuk menghadapi dampak negatif dari pernyataan adalah dengan memberikan fakta yang akurat dan objektif. Henri menegaskan bahwa sebaiknya mengedepankan data yang konkret agar masyarakat mendapatkan informasi yang jelas.
Dia juga memperingatkan untuk tidak terlalu terjebak dalam debat tanpa bukti yang jelas. Argumentasi yang berlebihan justru akan menambah ketidakpercayaan masyarakat, dan bukan membantu meredakan masalah.
Penting untuk menghadirkan fakta dan transparansi, agar publik bisa menilai situasi dengan lebih baik. Ini menjadi langkah strategis dalam mengatasi berbagai isu yang bisa muncul dalam komunikasi publik.
Peran Media dan Masyarakat dalam Era Informasi Digital
Di era informasi digital seperti sekarang, masyarakat harus lebih kritis dalam menyaring informasi. Henri mengajak semua pihak untuk menilai kebenaran informasi yang diterima, bukan hanya sekadar menerima begitu saja.
Media juga memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi dengan cara yang benar. Mereka harus mampu menyajikan beragam perspektif dengan penekanan pada fakta, bukan opini atau spekulasi semata.
Dengan demikian, kolaborasi antara media, akademisi, dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat dan membawa dampak positif bagi masyarakat.
Dalam konteks ini, Henri menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dalam setiap kata yang diucapkan. Seiring dengan mekanisme komunikasi yang semakin canggih, tanggung jawab untuk menyampaikan informasi dengan benar juga semakin besar. Opini publik dapat dibentuk hanya dari satu pernyataan yang tidak tepat, dan ini berpotensi merusak reputasi individu atau institusi.
Ke depannya, masyarakat diharapkan dapat lebih peka terhadap arti dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh tokoh publik. Dengan demikian, kita semua bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih efektif dan bertanggung jawab.