www.metrosuara.id – PENGADILAN Militer I-06 Banjarmasin, yang terletak di Kalimantan Selatan, saat ini tengah menginvestigasi seorang anggota TNI Angkatan Laut, Kelasi Satu Jumran, yang didakwa terlibat dalam pembunuhan berencana seorang jurnalis muda berusia 23 tahun dari Banjarbaru bernama Juwita.
Pada sidang yang berlangsung di Ruang Sidang Antasari, majelis hakim berusaha mencocokkan keterangan dari terdakwa dengan berita acara pemeriksaan (BAP) yang telah disusun sebelumnya.
Sebelum mendalami lebih lanjut, ketua majelis hakim Letkol CHK Arie Fitriansyah memberikan kesempatan kepada Kepala Oditurat Militer III-15 Banjarmasin, Letkol CHK Sunandi, untuk menggali keterangan dari terdakwa, sekaligus membandingkannya dengan bukti-bukti yang telah dihadirkan oleh pihak penyidik dan saksi-saksi yang relevan.
Walaupun sejumlah jawaban yang diberikan oleh terdakwa tidak konsisten dengan BAP, pihak Oditurat Militer tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan berulang-ulang untuk mendapatkan jawaban yang sejalan dengan BAP. Proses ini bahkan berlangsung lebih dari dua jam, menunjukkan keseriusan majelis hakim dalam mendalami kasus ini.
Pada sidang ini, terdakwa memberikan keterangan mulai pukul 15.00 Wita. Sebelumnya, majelis hakim telah memanggil dan memeriksa 11 saksi dalam agenda sidang yang berlangsung sebelumnya, menambah kompleksitas dan kedalaman kasus ini.
Tiga hakim bergantian mengajukan pertanyaan yang berulang-ulang kepada terdakwa, berdasarkan BAP dan bukti yang ada, termasuk keterangan dari ke-11 saksi tersebut. Hal ini menunjukkan upaya maksimal majelis hakim untuk mencapai kebenaran melalui pemeriksaan yang mendetail dan mendalam.
Dalam proses menggali keterangan terdakwa, majelis hakim beberapa kali memutar pertanyaan untuk memastikan bahwa semua jawaban yang diberikan merupakan informasi yang jujur dan akurat, sejalan dengan BAP dan keterangan dari saksi-saksi yang telah diperiksa sebelumnya.
Pada sidang kali ini, terdakwa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh majelis hakim dengan nada suara yang lantang dan tegas, mencerminkan keberanian dan ketegasan dalam menghadapi situasi hukum yang serius ini. Setiap interaksi di ruang sidang Desa Antasari membawa masyarakat lebih dekat pada pemahaman atas dinamika hukum yang melibatkan oknum militer dan profesi jurnalis.