www.metrosuara.id – Film “Angkara Murka” bersiap mencuri perhatian di Far East Film Festival 2025, menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia dalam ajang bergengsi tersebut. Disutradarai oleh Eden Junjung, film ini akan mengadakan pemutaran perdana secara internasional di Udine, Italia, membawa kisah yang kaya akan nuansa horor dan psikologis.
Keberhasilan film ini tidak hanya terlihat dari pemutaran perdebatannya, tetapi juga dari nominasi yang diraihnya, yaitu White Mulberry Award for Best Debut Feature. Penghargaan ini diberikan kepada film debut terbaik dari Asia, menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh “Angkara Murka.”
Dengan membawa genre horor yang dipadukan dengan elemen spiritual dan psikologis, “Angkara Murka” mengisahkan perjalanan Ambar, seorang ibu muda yang terpaksa terjun ke dunia kerja di tambang pasir setelah suaminya menghilang secara misterius. Namun, tantangan yang dihadapi Ambar tidak hanya terkait dengan kerasnya kehidupan sehari-hari, melainkan juga dengan teror dari kekuatan tak kasat mata yang mengguncang ingatannya, membangkitkan luka lama dan trauma yang selama ini terpendam.
Dibintangi oleh Raihaanun, film ini juga melibatkan talenta-talenta berbakat seperti Simhala Avadana, Whani Darmawan, Rukman Rosadi, dan Aksara Dena. Kolaborasi mereka menciptakan atmosfer yang menegangkan dan mencekam, sekaligus mempertahankan realisme emosional yang mendalam. Cerita ini berhasil menyentuh sisi kemanusiaan yang membuat penonton terhubung dengan pengalaman Ambar yang penuh perjuangan.
“Karakter Ambar mengadopsi banyak ketakutan, luka, dan kesunyian yang menggema dalam dirinya, seolah mengeluarkan teriakan yang tak terdengar,” ungkap Raihaanun, memberikan pemahaman lebih dalam mengenai perjalanan emosional yang dihadapi karakternya.
Eden Junjung, sutradara yang sebelumnya dikenal gracias film pendeknya yang sukses di festival internasional, seperti “Happy Family,” “Bura,” dan “The Intrusion,” menarik perhatian dalam “Angkara Murka.” Dia berhasil membawa horor Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dengan menghadirkan pengalaman yang lebih personal dan reflektif, mengangkat cerita yang berakar pada realitas masyarakat.
“Terkadang, horor yang paling menakutkan bukan datang dari dunia luar, tetapi berasal dari luka dan trauma yang kita abaikan,” jelas Eden, menambah kedalaman tema yang diusung film ini. Dengan mengedepankan elemen-elemen emosional, “Angkara Murka” tidak hanya berfungsi sebagai film horor biasa, tetapi juga menyampaikan pesan yang lebih dalam mengenai realita yang dihadapi banyak orang.
Dengan semua elemen tersebut, “Angkara Murka” diharapkan mampu bukan hanya memikat penonton Indonesia, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya dan narasi lokal ke panggung internasional melalui medium film. Saat pemutaran perdana mendekat, antisipasi semakin meningkat tentang bagaimana cerita Ambar akan terungkap dan diterima di kancah global.