www.metrosuara.id – Nama Jokowi Widodo belakangan ini mencuri perhatian sebagai kandidat Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Hal ini menarik berbagai reaksi, terutama dari kalangan pegiat media sosial. Salah satunya adalah Chusnul Chotimah, yang mempertanyakan dinamika persaingan antara ayah dan anak dalam suksesi kepemimpinan partai tersebut.
Dalam sebuah cuitan di media sosial X, Chusnul mencatat bahwa pertarungan untuk memimpin partai yang relatif kecil seperti PSI melibatkan konflik internal yang menarik, termasuk dengan anaknya sendiri, sekaligus menyoroti kondisi di partai lain seperti PDIP yang kembali mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum.
“Untuk jadi ketum partai kecil saja harus bersaing dengan anaknya dan kader PSI. 😂,” tulisnya pada 20 Mei 2025. Cuitannya mencerminkan fenomena menarik di mana sebuah partai kecil dihadapkan pada tantangan besar dalam mencari pemimpin yang tepat.
Chusnul melanjutkan dengan membandingkan posisi Jokowi dan Megawati, di mana ia menegaskan bahwa pamor Jokowi terbilang kurang mengesankan jika dibandingkan dengan tokoh senior seperti Megawati. “Lihat berita ini, bukti pamor Jokowi kalah jauh dari ibu Mega. Bahkan, kaesang, yang baru dua hari jadi kader, bisa jadi ketua tanpa bersaing,” tuturnya dengan nada kritis.
Pernyataan tersebut menunjukkan bagaimana publik memandang persaingan ini tidak hanya sebagai masalah internal, melainkan juga sebagai refleksi dari dinamika politik yang lebih luas di Indonesia. Jokowi yang saat ini terlihat kesulitan mendapat dukungan dalam pencalonan, mengisyaratkan tantangan yang harus dihadapi oleh calon pemimpin baru dalam merebut hati kader dan masyarakat.
Chusnul juga menginginkan agar jika Jokowi benar-benar maju sebagai Ketua Umum, proses pemilihan berlangsung secara demokratis. Ia berpendapat, “Nanti pasti ada yang bilang PSI itu sedang melakukan demokrasi.” Namun, skeptisisme nampak dalam tulisannya, “Itu cuma drama, sayang. Kenapa Jokowi tidak bisa?” Hal ini mengisyaratkan bahwa banyak pihak mempertanyakan keautentikan proses tersebut, meragukan apakah dramatisasi ini benar-benar mencerminkan demokrasi yang sejati.
Selain Kaesang Pangarep, yang juga merupakan anak Jokowi, beberapa nama seperti Agus Herlambang dan Isyana turut muncul sebagai calon alternatif dalam bursa ketua umum PSI. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi dalam partai tersebut semakin sengit dan melibatkan banyak pihak dari berbagai latar belakang.
“Bursa Terbaru Calon Ketum PSI: Jokowi, Kaesang, Agus Herlambang, hingga Isyana,” ungkapnya, merangkum situasi terkini. Komposisi kandidat ini menciptakan tantangan bagi partai dalam menentukan siapa yang paling mampu mengemban amanah sebagai pemimpin.
Dinamisasi ini menyoroti bahwa meskipun pendukung Jokowi masih ada, tantangan berat tetap menghadang dalam hal meraih suara dan dukungan. Posisi Megawati di PDIP memberikan gambaran bahwa kepemimpinan yang kuat dan berpengalaman sering kali lebih diutamakan di tengah ketidakpastian politik. Dalam konteks ini, PSI perlu berhati-hati dalam memilih pemimpin agar dapat berkompetisi secara efektif di pentas politik.