www.metrosuara.id – Isu pemakzulan Wakil Presiden baru-baru ini memicu banyak diskusi di masyarakat. Dalam konteks ini, ada pandangan dari kader Partai Solidaritas Indonesia yang menyentuh pergeseran pola pikir Generasi Z terhadap figur-figur publik, terutama purnawirawan.
Salah satu pemuda, Dian Sandi Utama, mengungkapkan bahwa cara pandang Generasi Z sangat berbeda dari milenial dan generasi sebelumnya. Budaya dan pengalaman yang dimiliki masing-masing generasi jelas memengaruhi cara mereka memahami peristiwa politik saat ini.
Dian menyatakan bahwa keyakinannya muncul setelah mendengar pandangan dari tokoh relawan Gibranku mengenai situasi politik terkini. Hal ini menguatkan anggapannya bahwa Generasi Z tidak lagi mengagumi purnawirawan seperti generasi sebelumnya yang tumbuh dengan program-program heroik di masa lalu.
Pergeseran Nilai dan Persepsi Generasi Muda di Era Modern
Ketika membahas tentang perubahan pandangan ini, Dian menegaskan bahwa Generasi Z memiliki cara pandang yang unik dan segar. Mereka tidak terikat oleh mitos atau kekaguman terhadap para purnawirawan yang mungkin sudah menjadi simbol dari masa lalu.
Generasi ini lebih kritis dan realistis dalam menilai sosok purnawirawan, melihat mereka sebagai manusia biasa yang pernah menjalankan tugas tertentu. Hal ini mencerminkan perubahan nilai yang terjadi akibat perkembangan teknologi dan informasi yang cepat.
Salah satu contoh mencolok adalah program “ABRI Masuk Desa” yang dulu sangat dikenal. Program tersebut mungkin tidak lagi relevan bagi Generasi Z yang tidak pernah mengalami atau mendengar langsung tentang pengaruhnya.
Kesadaran Kritis Generasi Z Terhadap Kesejarahan
Ketidakpahaman terhadap program-program yang pernah dianggap monumental oleh generasi sebelumnya menegaskan ada jarak antara sejarah dan pengalaman generasi muda. Banyak yang tidak menyadari sejarah yang dibangun oleh purnawirawan, dan hal ini bisa menciptakan kebingungan dalam memahami konteks saat ini.
Dian menyoroti bahwa keadaan ini tidak berbahaya, namun juga bisa berdampak pada pemahaman sejarah bangsa. Dengan Generasi Z kini menjadi mayoritas, ada potensi terciptanya kesenjangan pandangan antar generasi.
Ketidakcocokan ini berpotensi menimbulkan friksi antara generasi yang merasa terancam dengan sikap Generasi Z yang lebih menyegarkan dan terbuka. Dalam konteks ini, penting bagi masing-masing generasi untuk saling memahami dan belajar dari satu sama lain.
Simbolisme Purnawirawan dalam Konteks Sosial dan Politik Saat Ini
Dalam konteks sosial dan politik, purnawirawan seringkali dianggap sebagai simbol kebangkitan dan kisah heroik perjuangan. Bagi Generasi Z, cerita-cerita tersebut mungkin hanya sekadar narasi historis yang tidak langsung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Dian mengingatkan bahwa perjuangan di medan perang atau tugas menjaga perbatasan tidak bisa dianggap remeh, namun Generasi Z cenderung melihatnya sebagai pekerjaan tanpa embel-embel heroik. Ini mencerminkan pergeseran nilai dimana mereka mendasarkan pandangannya pada fakta dan relevansi masa kini.
Keberanian untuk berbicara tentang ketidakpuasan melawan para purnawirawan menuntut generasi tua untuk lebih membuka diri. Era ini adalah masa dimana sikap toleransi dan penghargaan terhadap pandangan yang berbeda harus diutamakan demi menciptakan harmoni.
Dari semua pemikiran ini, terlihat bahwa ada tantangan baru yang harus dihadapi oleh purnawirawan dalam menjalin hubungan dengan Generasi Z. Kesadaran generasi muda akan isu-isu sosial dan politis adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh semua pihak.
Tidak hanya itu, ketidakpahaman tentang purnawirawan mungkin juga menciptakan kesenjangan dalam dialog antar generasi. Dialog ini mutlak diperlukan untuk menjembatani perbedaan pandangan dan menciptakan sinergi untuk masa depan yang lebih baik.
Situasi ini menunjukkan bahwa generasi tua perlu beradaptasi, menerima perubahan, dan bersikap terbuka untuk mendengar aspirasi serta harapan generasi muda yang kini menjadi bagian penting dari dinamika sosial dan politik.